Follower

Kamis, 11 Mei 2017

Karomah Kiyai Bahrul Widad


Suatu ketika kiyai Fachri dalam perjalanan, waktu itu sudah larut malam, rupa-rupanya ada  yang nggak beres, ada yang sengaja mengikuti beliau dari arah belakang, kiyai Fachri langsung menelepon kiyai Bahrul,
"saya dari tadi ada orang yang membuntuti dari belakang, gimana ini?",

"Tunggu sebentar !!" Sahut yai Bahrul

Kiyai Bahrul pergi ke Masjid depan rumahnya sembari membawa linggis dan berdiri di mihrab Masjid, habis itu mereka melanjutkan pembicaraan via telpon kembali,
"sekarang bagaimana?" Tanya kiyai Bahrul kepada kiyai Fachri,

"Entah, kayaknya orang yang mengikutiku ban nya bocor, tiba-tiba hilang".

 

Subhanalloh

Selasa, 09 Mei 2017

KISAH DAKWAH KIYAI BAHRUL WIDAD DI KAMPUNG POLAY LONGOS SUMENEP


Tanah teduh Polay Longos sebelum menjadi pondok pesantren al-Bustan kedua setelah al-Bustan Banyugiri Guluk-guluk asuhan kiyai Fakhri Suyuthi (kakak kandung kiyai Bahul Widad) , di Polay Longos Sumenep tempat di mana kiyai Bahrul merintis dakwahnya merupakan pesantren tua atas asuhan K. Sa'dan (almaghfurlah) namun sejak K. Sa'dan wafat bumi polay seolah haus akan dakwah dan seorang panutan.

Singkat cerita, hingga pada akhirnya ada rencana datangnya kiyai dari Guluk-guluk Sumenep. Namun, sebelum kiyai Bahrul Widad bertempat tinggal di kampung Polay Desa Longos Kab. Sumenep, terlebih dulu diambil beberapa genggam tanah di area polay yang bakal didiami kiyai Bahrul, itu dilakukan oleh Kiyai Fakhri dibungkus sorbannya kemudian dibawa ke kediaman beliau ke Guluk-guluk, kiyai Fakhri juga melakukan tirakat "sambung gelang" mengelilingi desa longos, demi memohon petunjuk kepada yang maha kuasa Allah ta'ala.

Sepindahnya kiyai Bahrul dari Guluk-guluk ke Polay Longos Gapura tidak serta merta melakukan dakwah halal haram, namun dakwah lembut serta berbaur ala walisongo, kerap kali kiyai Bahrul bertamu ke rumah warga yang kesehariannya tidak shalat, ini sering dilakukakan oleh kiyai Bahrul sehingga tuan rumah merasa sungkan akhirnya ikutan shalat.

Main kartu, domino, dan semacamnya tidak jarang kiyai Bahrul lakukan bersama sekumpulan orang, meski terkadang telinga beliau harus dijepit dengan jepitan baju demi berbaur dan dakwah beliau.

Jangan dikira dakwah beliau langsung berefek cepat dan instan, cemooh serta hinaan acap kali sering beliau terima dari orang-orang yang tidak senang terhadap beliau, bahkan ilmu hitam berupa barang-barang temuan untuk mendzolimi beliau sering beliau temukan di area pesantren yang beliau rintis.

Ibarat sebuah ungkapan lawas "tak akan meraih madu tanpa sengatan lebah", setelah kerasnya cobaan serta tantangan perjalanan dakwah kiyai Bahrul Widad, Kini pesantren alBustan II mulai didatangi penuntut ilmu baik dari daerah sumenep maupun dari luar daerah, ponpes alBustan bergerak dibidang kajian kegamaan dan madrasah diniyah.

Masyarakat di sana telah terbiasa shalat berjama'ah di Masjid berkat kegigihan, dakwah, serta kesabaran kiyai Bahrul, sampai sampai ada orang mengatakan "kalau waktu maghrib masyarakat kampung Polay jangan dimampiri ke rumahnya, mereka berada di Masjid.

Alfaqier Abana Zulfan