Murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) pertama Nasy'atul Muta'allimin Gapura Sumenep Madura terdiri dari enam orang, K. Mawi, K. Shaleh (Baban), K. Zaitun, K. Basyir, K. Masyhur, dan termasuk di antaranya K. Mattasan.
K. Mattasan muda mondok di pondok pesantren Al-Huda Pangabasèn Gapura Timur asuhan KH. Hosamuddin (kiyai Hesa), mondok sembari nyolok (nyantri kalong) ke NasyMut, K. Mattasan termasuk orang yang paham betul sejarah pasca berdirinya Nasy'atul Muta'allimin, sebab K. Mattasan pernah bertutur begini, : "Pada saat saya menghaturkan minuman kepada para kiyai, tidak sengaja nguping musyawarah soal perintisan pondok pesantren Nasy'atul Muta'allimin, kala itu saya berada di bawah kolong surau (langgar) anyaman bambu (sangger)", tuturnya sembari memijat punggung penulis, beliau hidup dalam kesedarhaan dan berprofesi sebagai tukang pijat.
Dawuh K. Mattasan yang penulis masih ingat begini, "Saya sering menyiapkan barang kiriman untuk kiyai Zubairi waktu mondok di ponpes Annuqayah".
K. Mattasan merupakan santri sing baik serta taat kepada gurunya dan istiqamah dalam berjamaah shalat lima waktu. Suatu ketika K. Mattasan kedatangan Kiyai Hesa, kebetulan waktu itu ia punya seekor ayam kesayangan, kiyai Hesa merasa tertarik pada ayam itu, "ini ayamnya saya bawa yaaa", kata kiyai Hesa. K. Mattasan mengiyakannya dengan penuh rasa ikhlas.
K. Mattasan pernah bercerita pengalamannya begini: "Kalau saya sedang lapar dengan membaca al-Qur'an akan terasa kenyang". ia mengalami rabun dekat (mata katarak), maklum kala itu usianya telah di 80 tahun. Karena rabun setiap kali hendak membaca al-Qur'an ia harus memakai kacamata. Keanehan terjadi saat rihlah ziarah (ngalap barokah) ke salah satu makam waliyullah, dengan hasratnya untuk mengkhatamkan al-Qur'an, sehabis berwudhu' tiba-tiba dengan izin Allah mata K. Mattasan kembali terang seperti sedia kala dan tidak perlu memakai kacamata lagi.
Setelah wafatnya Kiyai Hesa, K. Mattasan rutin ziarah ke maqbarohnya, setiap kali ziarah ke maqbaroh sang guru, ia terasa seolah berada dalam Masjid berdua bersama kiyai Hesa.
Sebelum k. Mattasan meninggal, beliau sempat menitip pesan kepada penulis, "Kalau saya meninggal, tolong kirimkan saya Fatihah". Tidak berselang lama beliau meninggal, tepat pada waktu yang istimewa yaitu malam Jum'at. Subhanallah
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar